Sejarah Tahun Hijriyah
Diposting oleh : AdministratorKategori: Agama & Kepercayaan - Dibaca: 336 kali
[suluh.co.id] Jakarta, 19 Juli 2023
KHALIFAH UMAR MEMILIH MUHARAM;
Risalah Tahun Baru Islam.
Dalam kitab Fathul Baari Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan asal muasal lahirnya penanggalan hijriyah sbb :
Sejarah kalender Islam diawali ketika Gubernur Abu Musa Al-Asyari mengirimkan surat kepada Khalifah Umar Bin Khatab pada tahun 17 Hijriyah yang mengungkapkan perihal kegundahannga tentang surat yang tidak memiliki tahun.
Sebagaimana kita tahu bahwa pada masa itu umat Muslim masih mengadopsi peradaban Arab pra-Islam dalam menggunakan penanggalan, yaitu menuliskan sebatas bulan dan tanggal tanpa bilangan tahun di dalamnya.
Adapun sebagai penanda tahun, Arab pra-Islam biasanya menjadikan sebuah peristiwa besar yang terjadi di tahun tersebut sebagai penanda tahun. Tahun Gajah misalnya, dijadikan sebagai penanda tahun lahirnya Muhammad Shalallahu'alayhi wa Sallam karena di tahun tersebut terjadi peristiwa penyerangan Ka'bah oleh tentara Gajah dibawah komando Abrahah.
Kebiasaan sistem penanggalan tanpa tahun itu kemudian dirasa menyulitkan sang Gubernur Bashrah, Abu Musa Al Asy'ari radhiyallahu'anhu saat beliau melakukan pengarsipan dokumen. Melalui keresahannya tersebut, maka muncullah gagasan awal untuk menetapkan kalender Islam.
Menindak lanjuti surat dari Abu Musa al-Asy’ari, Khalifah Umar kemudian memanggil dan mengumpulkan sahabat lain untuk bermusyawarah.
Diantara sahabat yang hadir adalah Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf RA, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam RA, Sa’ad bin Waqqas, serta Thalhan bin Ubaidillah yang kemudian bertugas sebagai tim penyusunan kalender Islam.
Setelah tim disepakati, dimulailah pembahasan mengenai penentuan tahun pertama. Sebagian ada yang mengusulkan bahwa tahun dalam kalender Islam dimulai di tahun Gajah, yaitu waktu kelahiran Nabi.
Kemudian ada pula sahabat yang mengusulkan di tahun wafatnya Nabi. Ada juga yang mengusulkan di tahun pengangkatan menjadi Rasul, hingga opsi peristiwa hijrahnya Rasulullah ke Madinah.
Akhirnya, usulan keempat yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib lah yang disepakati sebagai awal tahun Islam, yaitu ditandai dengan peristiwa hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah. Pendapat tersebut, dianggap sebagai peristiwa besar bagi Islam yang mana hijrah merupakan simbol perjuangan untuk lepas dari belenggu kejahiliyahan menuju kepada masyarakat beriman dan ber-peradaban.
Keputusan awal tahun pun telah disepakati, pembahasan selanjutnya adalah bulan pertama yang mengawali tahun Islam.
Usulan bulan Rabi’ al-Awwal diajukan sebagai awal bulan untuk memulai tahun. Hal ini dikarenakan Rasulullah hijrah pada bulan tersebut.
Akan tetapi, usulan ini ditolak. Khalifah Umar justru memilih bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam susunan tahun Hijriyah. Pendapat ini didukung pula oleh Utsman bin Affan.
Alasan pemilihan bulan Muharram adalah karena permulaan Hijrah sudah dimulai sejak bulan Muharram meskipun hijrah dilakukan di bulan Rabi’ al-Awwal.
Khalifah Umar mengatakan bahwa wacana hijrah sudah dimulai setelah beberapa sahabat membaiat Nabi, yang dilaksanakan pada penghujung bulan Dzulhijjah. Sedangkan bulan yang muncul setelah Dzulhijjah tak lain adalah bulan Muharram. Oleh sebab itu, Muharram pun akhirnya dipilih serta disepakati sebagai bulan pembuka dalam tahun Hijriyah.
Dengan demikian maka, tahun baru hijriyah diperingati dengan maksud agar umat Islam mampu mengambil i’tibar (ibrah/pelajaran) dari peristiwa tersebut, baik i’tibar secara tekstual maupun secara kontekstual (maknawi).
Secara tekstual, peristiwa sejarah hijrah mengandung makna bahwa umat Islam bisa melakukan perjalanan fisik dari satu daerah ke daerah lain. Hijrah fisik menjadi pilihan manakala di tempat lama umat Islam kesulitan mengembangkan inovasi, kreasi dan membangun peradabannya.
Secara kontekstual, momentum tahun baru hijriyah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa sekaligus rasa optimisme yang tinggi.
Yaitu semangat berhijrah dari hal yang baik ke yang lebih baik lagi, hijrah dari gelapnya kesesatan menuju cahaya iman, hijrah dari gelapnya sistem kehidupan jahiliyah menuju terang benderangnya hidayah, hijrah dari sempitnya sekat-sekat manhaj menuju luasnya persatuan umat, hijrah dari sesaknya amal kehidupan dunia menuju lapangnya amal akhirat.
Demikian.
Hizbullah Ivan - FB
- Politik Belah Bambu
- Kemerosotan Politik
- Ketika Rakyat Ditipu Bung Karno
- Ketika oom Gugel Cawe-Cawe
- R.I.W.E.H
Isi Komentar :
|
|