Sabtu, 20 Januari 2024 - 02:53:44 WIB

NU'AIMAN

Diposting oleh : Administrator
Kategori: Agama & Kepercayaan - Dibaca: 196 kali

[suluh.co.id] Jakarta, 20 Januari 2024

 


NU'AIMAN  

Rasulullah Saw dalam perjalanan hidupnya bersama para Sahabat memang penuh dengan suka dan duka. Ada kalanya mereka merasakan lelah dan kerasnya berperang, kadang pula Rasulullah Saw dan para sahabat merasa terhibur karena berbagai macam hal. Hiburan yang datang kerap kali berasal dari sesuatu yang tidak terduga, salah satunya adalah kelakuan sahabat yang bernama Nu’aiman yang terkenal suka melawak dan jahil.

Kisah tentang Nu'aiman ini termaktub dalam syarah “Ihya Ulumuddin” karangan Imam Al-Ghazali.

Nu’aiman bin Amru bin Rafa’ah adalah salah seorang sahabat Nabi yang merupakan penduduk Madinah dari kalangan kaum Anshar. Nu’aiman juga seorang mujahid dan ia merupakan Ashabul Badr karena ikut terlibat dalam perang badar bersama Rasulullah dan para sahabat yang lainnya.

Namun malangnya Nu’aiman pernah menjadi seorang pemabuk yang ketagihan arak semasa zaman Rasulullah Saw. Akibat kelakuannya ia dipanggil Rasulullah Saw, berkata Rasulullah kepada Nuaiman “Apa yang engkau lakukan wahai Nuaiman?” Kemudian Nuaiman menjawab “Saya meminum-minuman keras wahai Rasulullah”.

Mendengar jawaban itu Rasulullah mencambuk Nuaiman dan ia akhirnya meminta maaf dan ingin bertaubat. Tetapi dikemudian hari Nu’aiman ketahuan lagi meminum-minuman keras sehingga Rasulullah mencambuk lagi.

Melihat kejadian itu sebagian para sahabat juga ikut memukul. Juga sebagian sahabat mengatakan “Semoga Allah melaknat Nu'aiman karena memainkan Rasulullah Saw”, mendengar perkataan itu maka Rasulullah Saw berkata “Jangan kamu laknat Nu'aiman, karena dia cinta dengan Allah dan Rasulnya.”

Dalam riwayat Ibn Majah diceritakan : Suatu ketika Sayyidina Abu Bakr as Siddiq mengajak Nu'aiman dan Suwaibith untuk berniaga di Busra dengan rombongannya. Sesampainya di Busra masing-masing mendapatkan tugas dari Sayyidina Abu Bakr kecuali Nu’aiman.

Suwaibith yang dikenal selalu menjaga amanah, maka ia ditugaskan Sayyidina Abu Bakar as Siddiq untuk menjaga makanan. Satu ketika menjelang siang Nu’aiman yang mulai kelaparan meminta jatah makanan kepada Suwaibith.

Suwaibith yang amanah menjalankan tugasnya memberitahu Nu’aiman bahwa dia akan mengeluarkan bekalan makanan tersebut ketika Sayyidina Abu Bakat telah tiba ditempat mereka.

Mendengar itu Nu’aiman jengkel dan ia berkata; “Sungguh aku akan membuat engkau marah wahai Suwaibith!

Ketika itu tibalah sekelompok kafilah disekitar mereka. Nu’aiman mengambil kesempatan dengan bertanya kepada mereka, "Apakah kalian mau membeli hamba sahaya yang tangkas dan pandai bicara?"

Kemudian kafilah tersebut setuju untuk membeli hamba sahaya dari Nu’aiman seharga 10 unta dan Nuaiman berpesan bahwa hamba sahaya yang dijualnya memiliki aib dan ia akan berkata “Saya orang merdeka (bukan hamba sahaya)”. Apabila dia berkata demikian, acuhkan saja dan jangan dengarkan omongannya.

Lantas mereka pun mendatangi Suwaibith dan berkata; “Kami telah membelimu!"
Mendengar itu Suwaibith terkejut dan berkata “Dia (Nu’aiman) itu pembohong, saya adalah seorang lelaki yang merdeka”.

Kemudian mereka berkata; “Dia telah mengabarkan kepada kami bahwa kamu akan bilang seperti itu". Mereka lalu mengikatkan tali ke leher Suwaibith dan membawanya pergi.

Ketika Sayyidina Abu Bakar datang, beliau terkejut karena Suwaibith tidak ada, kemudian dengan polosnya (merasa tak berdosa) Nu’aiman berkata kepada Sayyidina Abu Bakar bahwa Suwaibith sudah dijualnya. Mendengar perkataan itu Sayyidina Abu Bakar dan para sahabatnya pergi menemui kafilah dan menjelaskan cerita yang sebenarnya lantas mengembalikan seharga 10 unta untuk mengambil Suwaibith kembali.

Akhirnya sesampainya di Madinah, Sayyidina Abu Bakar as Siddiq menceritakan peristiwa tadi kepada Rasulullah Saw. Alih-alih marah kepada sahabat Nu’aiman, baginda Rasul malah tertawa sehingga nampak gigi geraham Rasul setelah mendengar cerita itu.

Nu’aiman adalah pembawa kegembiraan. Mungkin karena itu, Rasulullah Saw pernah berkata; “Nu’aiman akan masuk surga sambil tertawa, karena ia sering membuatku tertawa.”

Cerita tentang Nu’aiman menyegarkan ingatan kita bahwa Rasulullah adalah pribadi yang sangat ceria, suka tertawa, bercanda, dan tidak melulu bersikap formal atau resmi. Namun sayangnya, riwayat-riwayat tentang sisi manusiawi ini jarang diperdengarkan.

Kemudian minimnya cerita semacam itu barangkali ikut bertanggung jawab atas meruaknya sikap keberagaman yang kaku. Sebagai umat Rasulullah Saw, kita berhasrat meneladaninya secara penuh dengan meningalkan sesuatu yang ia benci dan berusaha menyukai apa saja yang ia senangi. Mulai warna pakaiannya, jenis makanannya, cara makannya, berjalan bahkan sampai posisi tidurnya.

Tapi kita sering melupakan sikap lapang dada dan humorisnya. Hingga akhirnya jadilah kita sedikit-sedikit merasa dihina, dilecehkan, lalu murka, dan berteriak-teriak.

Padahal disamping sikap tegasnya Nabi juga suka pribadi yg humoris. Sebab kalau tidak tentulah seorang Nu’aiman akan segan bertingkah konyol kepada Beliau. Seperti suatu  ketika Nu’aiman dikabarkan sakit mata, lantas Rasulullah Saw menengoknya. Ternyata Rasulullah Saw melihat Nu’aiman sedang asyik memakan kurma.

Melihat itu kemudian Rasulullah Saw bertanya “Apa bisa makan kurma, matamu kan sedang sakit?” kemudian dengan santainya Nu’aiman menjawab; “Saya mengunyah dari arah mata yang tidak sakit, ya Rasulullah.” Mendengar jawaban itu Rasulullah Saw kembali tersenyum dan tertawa untuk kesekian kalinya krn tingkah Nu'aiman.

Rasulullah Saw juga dijuluki “bassam”, orang yang wajahnya suka tersenyum. Ia amat sangat jarang merengut apalagi bersungut-sungut. Beliau tidak menyukai pertengkaran atau gemar menantang orang ber-muhabalah untuk meyakinkan orang tentang keunggulan argumennya.

Salah satu tuntunan umum dalam Islam adalah hendaknya seseorang tampil dengan wajah ceria ketika berhadapan dengan orang lain. Rasulullah Saw menyebut bahwa tersenyum kepada orang lain adalah bentuk sedeqah. Kemudian dalam hadits lain juga Rasulullah Saw pernah berkata, “Orang yang tidak bergembira dan tidak membuat orang lain gembira adalah orang yang tidak memiliki kebaikan.”

Jadi, ternyata Nu'aiman masuk surga bukan karena rajinnya ibadah tapi karena kekonyolan sikapnya hingga membuat Nabi terhibur. Hayo...di zaman sekarang siapa yang bisa menggantikan peran Nu'aiman ?

 

 



-Ust. Habib Ali All Kaff via youtube-

Agus Santoso - FB




Isi Komentar :
  • Hari ini 12 juni, tahun 1964 Nelson Mandela divonis penjara seumur hidup
  • Concorde melakukan penerbangan perdananya (24 Mei 1976) dari London ke Washington, D.C ...
  • Pembalap rockie Yamaha, Vinales, menyabet gelar pertamanya di seri MotoGP perdana 2017 di Qatar
  • Ferrari akhirnya memecah kebuntuan setelah pembalapnya Vettel menjuarai GP perdana di musim 2017
  • Hari ini (21/2), 41 tahun silam Presiden Soekarno Umumkan Reshuffle Kabinet Dwikora pada thn 1966

5049820

Pengunjung hari ini : 554
Total pengunjung : 1115568
Hits hari ini : 2490
Total Hits : 5049820
Pengunjung Online : 13
Apa yang Anda harapkan di 2024 ?

Lihat Hasil Poling