Optik dan Kacamata
Diposting oleh : AdministratorKategori: Gaya Hidup - Hobi & Humor - Dibaca: 504 kali
[suluh.co.id] Jakarta, 24 Oktober 2024
PESAN BUAT PETUGAS OPTIK
Saya pakai kacamata sejak SMP. Rabun jauh. Minus 1.25. Setelah itu berangsur naik sampai minus 2.25. Kacamata itu bisa saya pakai melihat jauh juga dekat.
Setelah menua, pada usia 40, saya kok juga merasa rabun dekat. Artinya dengan posisi pakai kacamata itu, saya merasa susah membaca dekat. Ketika sedang pergi ke luar negara, saya periksakan. Ternyata minus saya untuk untuk melihat dekat turun. Untuk melihat jauh tetap. Jadinya saya dikasih kacamata progresif (1 kaca 2 fokus), yang mana jauh -2.25 dan dekat -1.75. Clear.
Mendekati usia 47, kaca itu sudah tidak bisa dipakai lagi untuk melihat dekat. Untuk melihat jauh bisa. Akhirnya saya memakai kacamata itu pas melihat jauh dan melepas ketika melihat dekat. Ini sangat mengganggu aktifitas.
Saya datang ke banyak optik lokal. Minta lensa progresif negatif dan negatif. Atau negatif dan nol (karena saya melihat dekat tanpa kacamata bisa). Tetapi hampir semuanya mengatakan, tidak ada lensa progresif negatif negatif. Apalagi negatif nol. Adanya ya negatif positif. Negatif untuk jauh dan positif untuk dekat.
Tapi saya belum perlu lensa positif!
Mas mbak optik mengatakan, dikasih positif yang kecil pak. Bisa setengah. Saya jawab, tidak bisa. Saya tidak positif kok dikasih positif.
Karena putus asa, saya pernah mengusulkan, bagaimana jika saya kacamata saya ini dipotong dan dibuang separuh lensa bagian bawah. Jadi untuk membaca dekat saya direct. Mereka malah tertawa dan menganggap saya mengada ada. Wedeh.
Kemarin saya diajak oleh istri ke kota S. Di sana banyak optik bertebaran. Optik pertama yang didatangi gagal karena sangat mahalnya. Tidak terjangkau oleh kami guru kecil. Kemudian kita masuk ke optik kedua. Kita memilihnya random saja. Yang paling dekat dengan masjid tempat tadi kami sholat dan parkir. Sampai di dalam saya ceritakan keluhan saya.
Petugas laki laki yang cukup senior mendengarkan dengan seksama dan dalam tempo sesingkat singkatnya. Dia langsung tersenyum dan memahami kondisi saya.
"Berarti jarak baca dekat bapak mengalami perubahan ukuran sedang yang jauh tidak"
"Adakah kacamata yang blu blu bla bla," tanya saya.
"Ada!" jawabnya.
"Yang minus dan nol?"
"Ya ada, sesuai problem mata bapak"
Wah, kemajuan ini. Saya penasaran. Sebagai orang yang pernah mengajar proses manufaktur, termasuk non konvensional machining, saya sangat kepo.
"Bagaimana bapak membuat kacamata saya?"
"Gampang saja pak. Jika bapak pingin minus 2.25 dan nol, maka yang bagian atas kami biarkan dan bagian bawah kami kasih +2.25. Selesai masalah."
"O jadi gitu ya"
"Iya pak"
Untuk meyakinkan, saya mengalami test ulang. Ternyata untuk melihat jauh saya nambah minus jadi -2.50.
"Saya tidak yakin bapak untuk melihat dekat nol, saya perlu check lagi," kata petugas itu.
Dia menyuruh saya baca buku tanpa kaca, sukses. Setelah itu dikasih kaca minus 2.5 tadi. Gagal. Setelah itu dia memasukkan lensa +1.5. Bisa baca tapi masih kabur. Kemudian ditambahkan +1.75, terang.
"Berarti bapak lensa dekat pun masih minus. Tapi minus nya -2.50 + 1.75 = -0.75."
Luar biasa.
Harga di optik itu cukup bersaing. Dan cukup ramah untuk kami, sehingga deal kita beli.
Hari ini, kacamata saya ambil. Ternyata pleg sukses. Seolah tidak mau lepas. Wajah istri yang kali ini nge-bos-pembelian kacamata jadi berkali kali lipat lebih menyala! Setelah hampir 5 tahun menunggu, saya bisa pakai kacamata ini, karena masalah miss komunikasi dengan para petugas optik.
Catatan:
Mungkin ini sekedar miss kom saja. Tapi fatal. Mas mbak optik selalu bilang kacamata progresis (atau bifokal) selalu min dan plus. Padahal bisa jadi yang dimaksud itu plus untuk mengurangi min. Sedangkan yang saya maksud plus secara mutlak.
Alhamdulillah dipertemukan dengan pak optik yang satu ini.
Hardi Witono - FB
Isi Komentar :
|
|